Fakta unik Siapa yang Menikmati subsidi BBM dan DPR membela Siapa.

mobil alphard sedang isi BBM bersubsidi
        Pemerintah akhirnya gagal menaikan harga BBM atau gagal mendapatkan persetujuan dari parlemen.keputusan tersebut tidak lepas dari drama politik yang memalukan.trio PDIP,Hanura,Gerindra kekeh dari awal dan tidak berkompromi dengan kebijakan pemerintah,namun fraksi yang lain malah sibuk dengan pencitraan agar tetap di anggap ada di barisan masyarakat yang menolak harga BBM.
Golkar misalnya kurang dari dua jam pembahasan anggaran,mereka menolak menaikan harga BBM.padahal dari awal Golkarlah yang membuat alur pembahasan menjadi lebih lancar dengan menyetujui opsi itu.
PKS memang mereka menolak ketika sidang paripurna tetapi di awal sikapnya justru tidak demikian.
     Persoalannya siapa yang mereka BELA?para penolak(atau yang pura-pura menolak)kenaikan harga BBM,slalu menyebut atas nama Rakyat.
      Sebenarnya jika harga BBM Tidak naik ada pihak yang paling di untungkan,SIAPA?
oke kita gambarkan...Si Boy pekerja swasta dengan gaji 14juta sebulan.Dengan gaji segitu si boy bisa mencicil rumah dengan cicilan 2juta sebulan,juga mencicil mobil toyota avanza dengan angsuran 3juta perbulan,dia juga masih bisa nongkrong di starbuck dengan tab terbaru di tangan.
berapa pajak yang dia bayar setahun dengan gaji rp14juta perbulan,kalau di kali 12bulan berarti rp168 juta.paling tinggi pajaknya adalah sekitar rp17juta,pajak dari dia belanja anggap rp300ribu jadi satu tahun rp3,6juta,untuk pajak PBB paling cuma rp100ribu.jadi total pajak si Boy dengan tektek bengek sekitar rp20,7juta.
Gede yah dia menyumbang negara...!?entar dulu.sayang si boy masih memakai BBM bersubsidi untuk avanzanya,jika tiap hari dia membeli bensin rp50ribu atau 1,5juta untuk satu bulan,dengan harga perekonomian yang sudah dua kali lipat harga subsidi,pemerintah mensubsidi bensin si Boy sebesar rp1,5juta,setahun siBoy menghabiskan subsidi sebesar rp18juta.
Untuk listrik berkapasitas 2.200va dan menggunakan dua buah AC setidaknya dia membayar listrik rp500ribu perbulan,dengan subsidi yang hampir separo subsidi yang dinikmati si Boy rp250ribu sebulan atau rp3juta setahun.
jadi orang-orang seperti si Boy menghabiskan subsidi energi rp21juta,dengan pajak yang dibayarkan ke negara rp20,7juta,berarti negara masih nombok rp300ribu.
    Sekarang bandingkan dengan si Udin,upah dia rp2juta sebulan,dengan gaji segitu dia paling kontrak rumah sepetak dan sumpek.Dengan gaji segitu atau rp24juta setahun,pajak penghasilannya adalah rp710ribu,dari dia belanja sekitar rp125ribu perbulan atau rp1,5juta setahun.jadi total pajak yang di bayar Udin sekitar rp2,21juta pertahun.
Mari kita hitung subsidi yang di nikmat Udin(atau mungkin kita-kita),tagihan listrik perbulan dengan kapasitas 900va sekitar 70ribu perbulan,sehingga Udin menerima subsidi rp45ribu perbulan atau rp540ribu setahun.kalau Udin punya motor,dia butuh bensin rata-rata rp4500 untuk satu liter berarti rp135ribu sebulan.dalam setahun subsidi BBM yang di nikmati Udin sekitar rp 1,62juta,Total subsidi yang dinikmati Udin adalah rp2,16juta.
Dengan pajak rp2,21juta pertahun dan subsidi rp2,16juta justru Udin masih nombok rp50ribu.
       Karna kondisi yang semakin menjepit,Udin dan kawan-kawan akhirnya turun ke jalan berdemontrasi di depan gedung DPR menghadapi aparat kepolisian yang berada di garda paling depan(yang tarap hidupnya sama dengan si Udin).sedangkan si Boy yang menikmati subsidi rp22,5juta dia sedang ongkang-ongkang di starbucks sambil memainkan tab terbarunya dan menggerutu dengan makiannya pada demonstran yang sedang memacetkan lalulintas lewat BB,facebook dan twitternya.


Lalu anggota DPR itu...membela siapa...!?.
Jadi sebenarnya BBM layak naik atau tidak.!?menurut khabuka sebelum negara ini di tata dengan baik terutama jika KKN masih yang menjadi Dewa...hehe apa ya...!?
Seharusnya Negara Indonesia sebagai Negara yang kaya dengan sumber daya alam tidak seharusnya terlalu terpengaruh dengan gejolak BBM di luar sana.
Entahlah...kadang sering terpikir,kemana larinya keringat dan otak yang di peras tiap hari,apa harus selalu dengan subsidi ataukah kita tak bisa hidup tanpa subsidi,sebegitu melaratkah kita,setelah mati-matian bekerja masih juga hidup bersandar dari SUBSIDI,mimbar jalanan di gelar,para pintar selalu berteriak katanya untuk membela kita(untuk rakyat)agar SUBSIDI terus mengalir menopang kita.

sumber: ringkasan dari rubrik Opini di Indopos.
sumber: poto dari twitter @imanlagi.

No comments: